Nona Ambon Berdarah Minang
Selain masakan yang sudah diakui secara Internasional, urang awak juga terkenal sebagai perantau yang menyebar di seluruh pelosok negeri ini. Kemana pun saya pergi jalan-jalan selalu menemukan warung masakan Padang sebagai tanda ke-exist-an urang awak, sebutlah ketika saya di Kota Sorong yang dicari tetap Masakan Padang. Pernah juga di Labuan Bajo dan overland di Flores, rasanya lidah tak kuasa menahan rindu dengan masakan Padang. Bersyukur sekali dengan karakter orang Minang yang suka merantau, mereka selalu ada dengan Masakan Padang mereka dimana pun itu, jadi rasa rindu akan Masakan Padang ini segera terobati kemana pun saya pergi jalan-jalan.
Pepatah Minangkabau “Dimano bumi di pijak, disitu langik di junjuang” selalu menjadi moto terdepan para perantau. Urang awak sangat adaptif dengan lingkungan sekitar mereka tempati. Mereka berbaur dengan masyarakat sekitar, menghargai dan bahkan memakai budaya mereka. Mulai dari kebiasaan, bahasa, makanan, dll. Termasuk saya sendiri, sebagai seorang perantau yang dikelilingi banyak orang jawa, saya pun mulai bisa berbicara dengan bahasa jawa. Karena sifat adaptif itu sangat jarang bagi saya mendengar masyarakat Minangkabau yang perantau berselisih dengan masyarakat asli di tempat mereka merantau.
Wanita Tangguh dari Ambon
Setelah cerita yang terakhir di tahun 2020 ketika hubungan yang saya yakini akan berhasil menuju pernikahan ternyata gagal. Jujur setelah kejadian itu saya menjadi skeptis atau takut memulai hubungan baru dengan seseorang. Karena efek dari kegagalan itu sangat berdampak terhadap kesehatan mental. Saya tidak mau mengulangi kejadian itu lagi. Jadi selama tahun 2020 sampai bulan September 2022 tidak ada seorang pun yang saya dekati untuk mengarah ke hubungan yang lebih serius.
Suatu hari di bulan September ketika lagi asik nyetir, tiba-tiba masuk sebuah pesan melalui DM instagram. Kecepatan mobil saya pelan kan dan ketika dicek ternyata DM dari teman dekat seperjuangan waktu kuliah dulu.
Ton, udah dapat calon (pasangan) belum? Mau kenalan sama sepupu gw ga? Dia kelahiran Ambon, tinggi 165
Cukup kaget tiba-tiba dapat DM seperti itu. Memang teman kuliah yang satu ini bisa dibilang dekat dan peduli sama saya. Mungkin melihat temannya yang masih single, dia mencoba ‘membantu’ dengan cara nya sendiri. Saya juga berterima kasih karena begitu peduli kepada saya.
“Wiih, gimana ya? Gw sih ga bisa bilang iya/engga, kalau kenalan sih gpp, kalau cocok baru bisa lanjut” balas saya.
Setelah itu obrolan masih berlanjut, dan akhirnya saya dikenalkan sama sepupu teman saya ini. Kami tukeran instagram dan nomor telepon dan mulai saling berkenalan. Sebutlah nama sepupu teman saya ini Ms. Y (kalau dibaca Miss why?)
Dari perkenalan ini saya tahu, ternyata Ms. Y seorang perantau yang bekerja sebagai seorang nakes di sebuah RS di Jakarta. Dia juga keturunan Minang, karena kedua orangtua nya berasal dari ranah minang. Namun karena orangtua nya sudah lama merantau ke Ambon, maka Ms. Y lahir dan besar di Kota Ambon. Maka dari itu saya sebut sebagai “Nona Ambon Berdarah Minang”. Walaupun keturunan Minang, ternyata bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Ambon itu sendiri. Dia hanya mengerti secara pasif menggunakan bahasa minang. Menurut saya unik sekali, mengenal urang awak tapi menggunakan bahasa Indonesia dengan aksen timur Indonesia.
Kesan pertama ketika perkenalan dengan Ms. Y adalah dia seorang wanita yang tangguh dan mandiri. Bahkan saya respect dan kagum dengan perjuangan dia. Dengan segala keterbatasannya dia mampu untuk bertahan dan sukses merantau di Jakarta. Dia juga berhasil melanjutkan kuliah profesinya di sela-sela kesibukan nya yang luar biasa sebagai nakes. Mungkin dalam hal ini saya cukup “insecure” dengan perjuangan dia dibandingkan dengan apa yang saya lakukan sebagai seorang perantau yang belum ada apa-apa nya. Dan masih banyak hal lain yang saya kagumi dari dia yang tidak bisa diceritakan disini dengan alasan privasi atau terlalu sensitif untuk diceritakan.
Komitmen
Bicara tentang hubungan, saya terakhir kali pacaran waktu SMA, itupun hanya 1 tahun. Bisa dibilang waktu itu hanya cinta monyet saja. Setelah itu sampai saat ini saya tidak pernah pacaran. Karena saya berprinsip setelah itu tidak mau pacaran, hanya mau menjalin hubungan untuk kearah pernikahan. Bagi saya pacaran hanya hubungan yang tidak jelas arah tujuan nya dan menghabiskan waktu saja. Selain itu pacaran hanya menjadi pembatas bagi saya untuk berteman dengan siapa saja.
Saya menjelaskan prinsip saya tersebut ke Ms. Y. Berita baiknya Ms. Y juga mencari pasangan kearah yang lebih serius. Saat itu saya menjelaskan juga mengenai kondisi kesehatan mental saya yang skeptis ketika memulai hubungan baru. Saya juga menceritakan bagaimana hubungan saya yang gagal di sebelum nya. Memandang banyak wanita hanya mempermainkan perasaan laki-laki dan tidak bisa memegang janji yang mereka ucapkan sendiri. Selain itu saya tidak mau kecewa dan patah hati lagi, karena sudah cukup rasanya menerima luka yang sama lagi.
Ms. Y pun mengerti dengan perasaan saya, dia bilang jangan menyamakan semua wanita. Masih banyak wanita baik dan menghormati laki-laki. Dalam hati saya berkata “oke, mari kita lihat nanti”.
Selama 3 minggu kami hanya berkomunikasi via chatting atau telepon. Sebenarnya saya ingin berjumpa secepatnya, tapi dikarenakan jadwal bekerja kami tidak sesuai dan saat itu saya juga lagi liburan ke Bali. Alhasil kami bisa janjian ketemu setelah saya pulang dari Bali, tepatnya pada tanggal 8 oktober 2022.
Akhirnya hari yang kita janjiin pun datang, saya sangat excited ingin bertemu dengan dia. Kami janji bertemu di cafe di daerah Kemang, Jaksel. Tepat pukul 4 sore, sesuai waktu yang kami sepakati, saya sampai di lokasi. Kemudian menanyakan dimana dia duduk, karena dia sudah sampai duluan karena jarak cafe dari tempat kos dia cukup dekat dibanding saya yang perlu waktu tempuh selama 1 jam lebih. Ternyata Ms. Y sudah duduk di tempat lesehan disudut cafe ini. Saya pun sangat deg-deg an dan berjalan ke arah dia. Dan akhirnya kami bertemu 😊. Kami pun bertemu kemudian lanjut ngobrol dan basa-basi layaknya orang pertama kali bertemu. Kesan pertama ketika bertemu adalah dia cewek manis yang tinggi saat itu dia mengenakan jaket jeans Pull and Bear dan bawahan celana jeans hitam, nada bicara khas orang timur semakin membuktikan Ms. Y seorang nona Ambon yang tulen. Kami melanjutkan obrolan sampai akhirnya tak terasa waktu sholat maghrib pun tiba. Dan kami pun rehat sebentar untuk menunaikan sholat maghrib.
Setelah sholat maghrib kami pun melanjutkan obrolan. Saat itu saya yang sudah membeli cardboard yang berisi pertanyaan edisi pranikah menawarkan kepada Ms. Y untuk bermain. Saya membeli cardboard edisi pranikah sebagai wujud kalau saya mau menjalin hubungan yang kearah serius. Akhirnya kami memulai permainan nya. Satu persatu pertanyaan pun mulai kami jawab. Pertanyaan yang berisi hal-hal yang perlu dibahas sebelum menikah, seperti manajemen waktu, keuangan, anak, perlakuan orang tua, rumah, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kehidupan pernikahan. Dari jawaban kami, 90% memiliki pandangan yang sama atas pertanyaan yang ada di kartu-kartu itu.
Saya merasa banyak kecocokan dengan Ms. Y semakin memperkuat niat saya untuk menjalin komitmen dengan dia. Setelah selesai menjawab 57 pertanyaan, akhirnya kami sama-sama setuju untuk berkomitmen dan sambil mengenal pribadi dan keluarga masing-masing. Waktu pun sudah pukul 9 malam saat, kemudian saya mengantarkan pulang. Selama diperjalanan kami pun ngobrol tentang arah kedepan nya, bahkan sesekali kami membahas acara pernikahan yang ideal menurut kami masing-masing. Saking asik nya ngobrol tanpa terasa sudah sampai di kosan nya dia. Saya pun pamit pulang dengan hati yang berbunga-bunga saat itu.
Setelah pertemuan itu kami makin intens berkomunikasi, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Ms. Y juga mengenalkan saya kepada kakaknya yang berada di Ambon dan dia juga bercerita sedikit banyak nya tentang keluarga dia. Dari sana sudah makin percaya bahwa hubungan ini bisa dilanjutkan ke arah yang lebih serius.
Karena trauma kegagalan pada hubungan saya sebelumnya di tahun 2020, sebenarnya saya sugesti diri saya untuk tidak mudah untuk menaruh hati kepada seseorang kecuali sudah ada kepastian yang jelas. Terbukti dengan saya pernah berkenalan dengan seseorang di dating apps, dan sempat berkomunikasi bahkan pernah ketemu beberapa kali. Tapi dari sana pun saya tidak bisa untuk menyukai/menaruh hati pada mereka karena belum ada niatan menuju hub serius. Skeptis dalam membuka hati kepada seseorang sengaja saya lakukan demi kebaikan diri sendiri. Karena saya termasuk orang yang mentality fragile. Jika saya sudah menaruh hati kepada seseorang dan jika hubungan itu gagal maka efek negatif kepada saya sangat mengganggu kualitas hidup saya. Semakin dalam perasaan saya kepada seseorang maka mempertinggi tempat untuk jatuh.
Dengan gesture Ms. Y yang ditunjukkan kepada saya, semakin membuat yakin bahwa dialah orangnya. Ketika itu saya sudah mulai memiliki perasaan kepada dia. Barrier yang saya bangun di dalam diri sendiri pun perlahan runtuh, dan perasaan itu pun muncul. Perasaan yang cukup lama yang tidak saya rasakan.
Hari-hari kami lewati dengan tetap menjalin komunikasi, saling memberi kabar dan saling berbagi perhatian. Sesekali saya berpikir jika kami menikah nanti, akan seperti apa kehidupan di perantauan ini. Mulai dari tempat tinggal, transportasi menuju tempat kerja, rencana membeli rumah dll sudah terpikirkan sekilas oleh saya. Karena saya yakin membangun keluarga perlu effort yang luar biasa maka dari perlu dipikirkan dan direncanakan sejauh mungkin.
Why?
Hari-hari berlalu seperti biasanya, berkutat dengan rutinitas masing-masing tapi kami tetap menyempatkan untuk saling memberi kabar. Tapi saya merasa ada yang berbeda saat itu. Sebulan sudah kami saling mengenal. Saya merasa everything is okay, tidak ada masalah yang berarti diantara kami. Namun intuisi saya berkata lain, saya merasakan ada perubahan didiri dia. Komunikasi sudah tidak sehangat sebelum nya. Walaupun demikian saya tetap mencoba untuk breaking the ice diantara kami. Waktu itu Ms. Y bilang bahwa dia lagi sibuk-sibuk nya untuk persiapan akreditasi yang diadakan di RS tempat dia bekerja. Saya berpikir mungkin karena dia lagi sangat sibuk komunikasi diantara kami pun merasa tidak sehangat dulu. Ketika Ms. Y sedang jadwal libur saya berinisiasi untuk menghubungi dia, mencari tau apa yang sebenarnya terjadi. Sore itu saya chat dia, “habis ini telponan yuk”. Tiba-tiba tanpa ada angin, hujan, dan petir kontak saya pun di blocked oleh Ms. Y. Saya pun kaget, kenapa dia blocked saya, apa salah saya? Tidak ada pertengkaran sebelum nya. Saya pun sangat bingung saat itu, kemudian saya pun DM dia lewat instagram untuk menanyakan kenapa dia melakukan itu. Beberapa jam kemudian dia unblocked saya lagi, dan bilang dia lagi punya masalah akhir-akhir ini, maka dia ingin minta waktu untuk sendiri. Saya mencoba memahami, mungkin tekanan pekerjaan dia lagi kuat-kuat nya. Dan sayapun maklum ketika itu, serta memberikan waktu bagi dia untuk “me time”.
Ketika itu pikiran saya berkecamuk, banyak pertanyaan muncul di otak ini. Apa yang terjadi? Apa salah saya? Kenapa dia tidak cerita?
Dan ketika itu perasaan saya sudah tidak karuan, bayangan akan kejadian masa lalu muncul lagi di kepala ini. Sayapun akhirnya konsul ke psikolog via aplikasi online untuk bisa meredam pikiran saya ini. Saya berusaha sekuat tenaga supaya tetap bisa “waras”, kadangkala saya bercerita ke teman saya untuk mendengarkan pendapat mereka dan berbagi beban supaya terasa agak ringan.
Seminggu saya tidak berkomunikasi dengan Ms. Y. Saya berharap dia kembali dan bercerita pada saya apa yang sebenarnya terjadi. Saya memberanikan chat dan telepon dia, tapi tidak ada respon satupun yang saya dapat. Pesan saya tidak dibalas, telepon saya tidak dijawab. Pikiran ini pun sudah menerawang kemana-mana, segala pikiran dan emosi negatif muncul, sedih dan kecewa sudah pasti. Berkali-kali saya hubungi dia lagi tapi tetap saja tidak ada respon.
Akhirnya saya mencoba menghubungi teman kuliah saya yang juga sepupu Ms. Y yang mempertemukan kami, saya menceritakan semua yang terjadi. Kemudian saya pun minta tolong untuk menanyakan apa yang terjadi dan bagaimana kelanjutan hubungan kami ini. Saya berpikir mungkin melalui sepupu nya dia Ms. Y mau bercerita.
Beberapa hari kemudian saya mendapat jawaban dari teman saya ini. Dia menjelaskan bahwa kesimpulan nya Ms. Y tidak mau melanjutkan hubungan dengan saya dengan alasan tidak nyaman. Hanya itu informasi yang bisa disampaikan kepada saya. Ms. Y pun tidak menjelaskan lebih lanjut lagi alasan yang dia berikan.
Saat itu pun kondisi pikiran saya makin parah ditambah lagi segudang pertanyaan yang tidak bisa terjawab selalu menghantui isi kepala ini. Akhirnya kejadian yang saya takutkan terulang lagi. Luka yang sama pun saya terima lagi. Bahkan hari itu saya pun mengambil cuti kerja karena kondisi saya yang tidak memungkinkan untuk masuk kerja. Saya mencoba meringankan isi kepala saya dengan berbagi cerita dan minta pendapat teman-teman dekat saya. Mungkin bagi pembaca memandang masalah mental yang saya alami adalah sepele. Tapi disini saya jelaskan, bagi saya rasa ini tidak enak sekali, kualitas hidup sangat terganggu. Hari-hari saya lewati seperti mayat hidup dengan pikiran nya yang kosong. Saya berperang dengan pikiran saya sendiri, kenapa ini terjadi kepada saya? Apakah dunia ini tidak adil bagi saya? Kenapa dia memperlakukan saya seperti ini? Sedangkan saya memperlakukan orang-orang dengan sangat baik. Bahkan sejujur nya saya berpikiran untuk mengakhiri hidup saya, bagi saya dunia ini sangat tidak adil bagi saya. Emosi negatif ini bukan hanya tentang Ms. Y yang telah mengecewakan saya, tetapi akumulasi dari luka-luka yang sama terima beberapa kali sebelum nya. Didalam lubuk hati saya berkata, saya harus kuat, tidak boleh kalah dari emosi negatif yang menguasai diri saya. Sekali lagi saya mencari pertolongan ke teman-teman saya, menceritakan apa yang terjadi. Setiap saya cerita pun biasanya saya selalu meneteskan air mata. Selain itu saya juga meminta bantuan ke psikolog (lagi) untuk supaya bisa keluar dari situasi yang tidak mengenakan ini.
Pertanyaan ini terus terbang didalam kepala saya, “kenapa Ms. Y melakukan ini, apa yang terjadi?”. Akhirnya saya memutuskan untuk menemui Ms. Y langsung di kosan dia. Sore itu saya berangkat ke kosan nya dia, setelah sampai kosan pun saya chat dia “aku lagi dikosan kamu, boleh ketemu sebentar?” Dan ternyata beberapa saat kemudian dia membalas pesan saya yang setelah lama tidak pernah balas.
Toni .. sorry jangan bikin aku makin gak nyaman… balik jha.. krna aku lagi dibekasi kak l*** mau lahiran… aku rasa kita udahan jha ton.. aku awal tahun resign dan balik ambon.. nanti kalau aku dah gak sibuk sama akreditasi .. Aku telpon tony untuk alasanny.. Aku minta maaf beribu maaf … 🙏🏼
Itulah pesan singkat yang terakhir didapat dari Ms. Y. Dan hari itu saya balik ke rumah dengan perasaan sedih setelah gagal bertemu dengan Ms. Y. Sampai saat 2 minggu setelah pesan itu, dia pun tidak pernah menelepon saya.
Di kepala saya muncul bermacam persepsi, mulai dari negatif sampai yang positif. Sebagai contoh yang negatif, bisa saja dia memiliki orang ketiga atau tidak menginginkan saya karena memiliki kekurangan spt fisik, pekerjaan, dll sehingga tidak mau mengatakan langsung kepada saya. Contoh persepsi positif mungkin dia merasa belum siap untuk memulai hub serius atau merasa saya bukan orang yang tepat buat dia. Apapun itu kenapa tidak dibicarakan saja? Bukankah kita bertemu baik-baik, setidaknya berpisah juga baik-baik.
Berdamai dengan Diri Sendiri
Kehidupan ini se benar-benar nya misteri ilahi. Tidak ada satupun yang bisa kita pastikan akan terjadi kecuali kematian. Hanya kematian yang memiliki probabilitas 100% yang akan pasti kita alami.
Bahkan ketika kita sudah berusaha yang terbaik untuk menginginkan sesuatu, bisa jadi tidak terwujud karena itu bukan takdir kita. Memang Tuhan punya rencana sendiri, manusia hanya bisa berusaha.
Walaupun kejadian ini sangat memukul saya, saya akan terima dengan lapang dada dan hati yang ikhlas. Didalam hati saya tidak ada dendam dan benci sedikit pun kepada Ms. Y. Sangat pahit memang, sampai saat ini pun Ms. Y belum menceritakan kenapa dia seperti ini. Dan sayapun menghormati Ms. Y sebagai manusia yang punya hak didalam diri dia sendiri untuk menceritakan atau tidak. Bahkan bisa saja saya melakukan hal gila demi mendapat jawaban seperti mendatangi ke tempat kerja dia kemudian langsung menanyakan apa yang terjadi. Tapi tidak akan saya lakukan itu, jika saya lakukan hanya membuat dia malu diantara kolega nya serta akan memicu image jelek untuk dia.
Memang dalam menjalin hubungan itu banyak kejadian unik diluar perkiraan atau nalar kita. Menurut saya, arti sebuah hubungan dan berkomitmen adalah ibarat kita berjalan diatas sebuah pematang sawah yang panjang. Sesekali pasti kita pernah tergelincir dan jatuh atau pematang nya berlumpur dan rusak. Tapi kita harus bisa tetap berjalan, bangkit ketika jatuh, perbaiki jalan yang rusak demi tercapainya tujuan kita bersama.
Tidak ada hubungan yang lancar dan harmonis 100%. Bahkan di pernikahan pun pasti ada gesekan sesama pasangan. Yang dilakukan adalah harus fokus kepada tujuan. The end
PS :
Terimakasih telah membaca dan support teman-teman semua. Doa yang terbaik untuk kita semua.
Stay tuned ya untuk tulisan saya yang selanjutnya :)